BAB 1. PENDAHULUAN
SISTEM NUMERASI
A.
LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
pendidikan matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Sistem
numerasi pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.
Pengertian Sistem Numerasi
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan
pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang
menyatakan suatu bilangan disebut numeral/ lambang bilangan.
Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya
sistem numerasi yang berbeda. Oleh karena itu suatu bilangan dapat dinyatakan
dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu lambang menunjuk hanya pada satu
bilangan.
Beberapa konsep dalam sistem numerasi:
1. Aturan
Aditif
Tidak
menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari menjumlah
nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama dimanapun letaknya.
2. Aturan
pengelompokan sederhana
Jika lambang
yang digunakan mempunyai nilai-nilai n0, n1, n2,…
dan mempunyai aturan aditif
- Aturan tempat
Jika
lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang berbeda
- Aturan Multiplikatif
Jika
mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang bilangan
0,1,2,3,..,b-1 dan mempunyai lambang untuk b2, b3, b4,..
serta mempunyai aturan tempat.
BAB 2.
PEMBAHASAN
1.
Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300SM-
750 M)
Sistem Hindu-Arab mengalami banyak perubahan
yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitar tahun
750 sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulis
dalam buku karangan matematisi arab yang bernama Al-Khawarizmi yang berjudul Liber
Algorismi De Numero Indorum.
Sistem numerasi
Hindu-Arab ini juga disebut dengan sistem numerasi decimal (Ruseffendi, 1984).
Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-Arab ini
mempunyai karakteristik:
(1) Menggunakan sepuluh
macam angka yaitu 0 sampai dengan 9;
(2) Menggunakan
sistem bilangan dasar sepuluh.
(3) Menggunakan
sistem nilai tempat.
(4) Menggunakan sistem penjumlahan dan
perkalian.
Angka
merupakan lambang bilangan Hindu-Arab
Sifat-sifat:
Menggunakan
10 angka / digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya
setiap sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh
puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.
Bilangan-bilangan
yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-suku yang merupakan
kelipatan dari perpangkatan 10.
Antar suku dipisahkan oleh tanda plus ( + ).
Misalnya : 10 =
1x101+0x100
205= 2x102+0x101+5x100
Menggunakan
aturan tempat
Contoh: 1.234
1 = ribuan
2 = ratusan
3 = puluhan
4 = satuan
2.
Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)
Bangsa Romawi menggunakan
angka-angka untuk perhitungan- perhitungannya. Lambang bilangan Romawi
ditulis menggunakan huruf besar yang sejalan dengan pemikiran orang-orang
Yunani. Pada zaman dahulu, orang Romawi Kuno menggunakan penomeran tersendiri
yang berbeda dengan sistem penomeran pada jaman sekarang. Angka romawi hanya
terdiri dari 7 nomor dengan simbol huruf tertentu di mana setiap huruf
melambangkan/memiliki arti angka tertentu.
I = 1, I disebut UNUS
V = 5 , V disebut QUINQUE
X = 10, X disebut DECEM
L = 50, L disebut QUINQUAGINTA
C = 100, C disebut CENTUM
D = 500
M =1000
4
prinsip yang
digunakan
1. Pengulangan
Angka yang boleh diulang adalah I , X ,C , M (
tidak boleh diulang lebih dari 3x
Contoh :
20 = XX , 3 = III
4 ≠ IIII
tetapi 4 = IV
100 ≠ LL tetapi 100 = C
1 = I C
= 100
2 = II CC = 200
X = 10 M = 1000
XX = 20 MM = 2000
2. Penjumlahan
Jika
suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih
kecil menambah nilai angka sebelumnya .
Yang boleh mengikuti adalah angka ( I,
V, X, L , C , D )
Contoh :
VI = 5 +
1 = 6
VII = 5 + 1 + 1 = 7
XI = 10 +
1 = 11
XII = 10 + 1 + 1 = 12
LX = 50 +
10 = 60
XVI = 10 +
6 = 16
CL = 10 +
50 = 60
DC = 500 + 100 = 600
MD = 1000 + 500 = 1500
Penjumlahan 3 angka:
VIII = 5 + 1 + 1 + 1 = 8
XIII = 10 + 1 + 1 + 1 = 13
3. Pengurangan
Jika
angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai angka yang
lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar
Contoh :
IX = 9, CM = 900
49 ≠ IL tetapi 49 = XLIX
999 ≠ IM tetapi 999 = CMXCIX
IV = 5 - 1
= 4
IX = 10 - 1 = 9
XL = 50 - 10 = 40
XC = 100 - 10 = 90
CD = 500 - 100 = 400
CM = 1000 - 100= 900
4.
Sistem Gabungan
Cara penulisan bilangan romawi
adalah dengan menggunakan sistem gabungan domana didalam penulisannya
menggabungkan antara penjumlahan dan pengurangan bilangan romawi.
contoh :
CXLIX
= 100 + (50-10) + (10-1) = 149
XXIV
= 10 + 10 + (5-1) = 24
CMXCVIII = (1000 - 100) + (100-10)
+ 8 = 998
3.
SISTEM
LAINNYA
A. SISTEM YUNANI KUNO
1.
Sistem
numerasi Yunani Kuno Alfabetik
Alfabet Yunani adalah script yang telah digunakan untuk menulis bahasa Yunani sejak abad ke-8 SM. Dalam bentuk yang klasik dan modern itu terdiri dari 24 huruf memerintahkan secara berurutan dari alfasampai omega. Alfabet Yunani adalah berasal dari awal alfabet Fenisia, dari mana ia berbeda dengan menjadi abjad pertama yang menyediakan representasi penuh satu simbol ditulis per suara baik untuk konsonan dan vokal. Selain digunakan untuk menulis Yunani,
baik kuno dan modern, huruf dari alfabet Yunani saat ini digunakan sebagai simbol teknis dan label di banyak domain matematika, ilmu pengetahuan dan bidang lainnya.
Aturan Penulisan
1. Bilangan
yang terdiri dari 2 digit yaitu dengan menjumlahkan angka puluhan dengan satuan
Contoh : 23
= 20 + 3
2. Bilangan
yang terdiri dari 3 digit yaitu dengan menjumlahkan ratusan, puluhan dan
satuan.
Contoh : 174
= 100 + 70 + 4
=
3. Bilangan
yang terdiri dari 4 digit atau 1000 yaitu dengan menambahkan tanda aksen ( ` )
Contoh :
10.000 =
3534 = 3000 + 500 + 30 + 4
=
4.
Bilangan yang terdiri dari 5 digit
dengan menambahkan huruf M.
Contoh :
10.000 à
10.001 à
23.734 = 20.000 + 3000 + 700 +
30 + 4
=
B.
SISTEM NUMERASI MAYA
Peradaban Maya
telah menetap di wilayah Amerika Tengah dari sekitar 2000 SM, meskipun yang
disebut sebagai Periode Klasik membentang dari sekitar 250 SM sampai 900 SM. sistem ini
mempunyai dua perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sistem yang kita
gunakan sekarang, yaitu
1) nilai tempat disusun secara menegak, dan
2) menggunakan basis 20 (vigesimal).
Contoh soal : 20 = ( 1 x 20 ) + 0 159 = ( 7 x 20 ) + 19
=
=
28 = ( 1 x 20 ) + 8 172 = ( 8 x 20 ) + 12
= =
30
= ( 1 x 20 ) + 10 232
= ( 10 x 20 ) + ( 1 x 20 ) + 12
= =
C.
SISTEM NUMERASI CINA
Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang
dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar
atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina disebut
dengan sistem “batang”.
Lalu angka 100,
1000, 10000 berikut adalah daftarnya:
Dalam aturan Mandarin, pemenggalan bilangan nol atau digit hingga 4
digit. Maksudnya, kalau dalam Bahasa Indonesia, karena pemenggalan bilangan
nol-nya hingga 3 digit, maka 10,000 disebut “Sepuluh Ribu (Sepuluh-Seribu)”.
Dalam Bahasa Mandarin, 10,000 bukan 十千 (Shíqiān),
melainkan 一萬 (Yī wàn).
Kemudian untuk 100,000 barulah bisa
dipenggal bilangan digit-nya sehingga 100,000 dalam Bahasa Mandarin disebut 十萬 (Shí wàn).
Kemudian seperti table diatas, untuk 8 digit angka nol, Bahasa mandarin
memiliki karakter tersendiri, yaitu 億 (Yì)
contoh :
1.
90 :
2. 234 :
3.
8.792 :
4. 23.786 :
5.
3.000.897 :
BAB 3. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep bilangan dan pengembangannya
menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga
evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata.
Sistem numerasi yang pertama-tama
digunakan adalah sistem ijir (tallies) yang didasarkan pada penghitungan
korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban
manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin kompleks menyebabkan
manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang berlaku di beerbagai
belahan dunia, seperti Maya (Amerika Tengah), Yunani, Cina, dan Romawi.
Sistem numerasi yang digunakan
sekarang ini merupakan sistem numerasi yang merupakan perpaduan antara numerasi
Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan karena dianggap masih mampu memenuhi
kebutuhan angka manusia modern.
0 komentar:
Posting Komentar