BAB
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan terakhir kondisi kehidupan berbangsa
dan bernegara kita saat ini sangat memilukan dan memprihatinkan, banyak terjadi
kekacauan, kerusuhan antar kelompok agama, kelompok masyarakat, antar pelajar,
demonstrasi mahasiswa di luar toleransi atau sudah menjurus anarkisme bahkan
kriminalitas. Aspirasi yang mereka bahwa dalam tuntutan demontrasi tidak murni
lagi, mudah dihasut oleh orang atau kelompok yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan orang atau
kelompok tersebut, hal itu salah satu sebabnya kurangnya pengetahuan, pemahaman
mereka para generasi muda, atau para pemuda harapan bangsa terhadap makna Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka
tunggal Ika, serta kurangnya pemahaman mereka terhadap nilai-nilai persatuan, kurang
mewarisi semangat perjuangan, pudarnya rasa nasionalisme, maupun rasa
patriotisme serta hilangnya rasa cinta terhadap tanah air, bangsa, dan Negara.
Maka melalui reformating dan refresing 4 pilar
tersebut kita diingatkan dan ditumbuhkan tentang cita-cita luhur para pendahulu
kita, tentang konsepsi pendirian negara kita, bahwa kita adalah bangsa yang
besar dengan berbagai perbedaan, keberagaman yang harus disyukuri dan diikat
dengan nilai-nilai 4 pilar yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita.
Salah satu cara untuk menyadarkan anak bangsa yaitu
dengan menerapkan nilai nila Pilar Pancasila yaitu nilai nasionalisme.
Kurikulum pendidikan di Indonesia kini sedang gencar menitikberatkan pada
pendidikan karakter. Hal ini menjadi satu titik terang bagi pendidikan untuk
lebih memiliki karakter pada setiap individunya. Munculnya kurikulum pendidikan
karakter yang selalu diintegrasikan ke dalam setiap matapelajaran tentunya tak
lepas dari berbagai permasalahan. Keprihatinan pemerintah akan karakter anak
bangsa yang telah mengindikasikan kerusakan menjadi faktor utama diadakannya
kurikulum ini.
Akibat dari arus globalisasi yang demikian serta
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, maka dampak yang
ditimbulkan tentunya sangat besar. Hal tersebut berimbas bagi seluruh penduduk
dunia, tidak terkecuali bangsa Indonesia sendiri. Teknologi informasi dan
komunikasi yang saat ini sedang berkembang pesat telah menyebabkan penurunan
akhlak, moral, dan sikap dari bangsa Indonesia. Melalui media cetak maupun
elektronik, masyarakat mampu mengakses informasi dari belahan dunia manapun
tanpa menyaringnya terlebih dahulu, mana yang sesuai dengan budaya Indonesia
dan mana yang tidak. Salah satu filter untuk menahan masuknya pengaruh
kebudayaan asing tersebut adalah melalui penanaman sikap nasionalisme.
Perwujudan dari sikap nasionalisme antara lain berupa perilaku cinta terhadap
tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, memiliki sikap rela
berkorban, dan pantang menyerah (Risa Mesiana, 2012). Perasaan cinta tanah air
tidak cukup hanya dituliskan dalam bentuk
kata-kata saja, tetapi harus ditunjukkan melalui perilaku kita sehari-hari.
Khususnya bagi anak usia sekolah dasar, perilaku tersebut dapat dilakukan
dengan cara belajar dengan tekun, bersungguh-sungguh, serta menunjukkan sikap
yang positif seperti menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
penanaman sikap nasionalisme melalui pembelajaran PKN dengan metode story
telling pada siswa sekolah dasar?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
penanaman sikap nasionalisme melalui pembelajaran PKN dengan metode story
telling pada siswa sekolah dasar.
BAB
II. PEMBAHASAN
2.1
Nilai
Nasionalisme
Nasionalisme
merupakan suatu konsep penting yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga
agar suatu bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam kerangka sejarah
pendahulunya. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi maka eksistensi suatu
negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman secara internal
maupun eksternal. Cinta
tanah air atau bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, meyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia. Berkeyakinan akan
kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna
meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri yang membahayakan
keutuhan NKRI.
Sikap
nasionalisme merupakan kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk
menunjukkan adanya rasa kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah
air, serta senantiasa mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya.
Kecenderungan dari siswa sekolah dasar untuk menumbuhkan sikap nasionalisme
dalam dirinya juga harus diwujudkan. Perwujudan sikap nasionalisme tersebut
ditunjukkan dalam perilakunya sehari-hari di sekolah maupun dalam perilakunya
di lingkungan rumah. Sikap nasionalisme sangat penting bagi rakyat Indonesia
dalam usahanya menjadi warga negara yang baik. Hal tersebut dikarenakan sikap
nasionalisme mempunyai arti yang sangat besar besar bagi bangsa Indonesia,
yaitu suatu kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk menunjukkan adanya
rasa kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah air, serta senantiasa
mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya.
Banyak
kalangan yang melihat bahwa sikap nasionalisme bangsa sedikit demi sedikit
telah luntur akibat dari perkembangan jaman. Banyak warga negara Indonesia
telah kehilangan wawasan mengenai hakikat kebangsaan Indonesia. Hal tersebut
mendorong terjadinya perselisihan bahkan perpecahan diantara sesama warga
Indonesia. Akan tetapi, perselisihan dan perpecahan tersebut dapat diatasi
dengan cara menanamkan sikap nasionalisme dalam diri bangsa Indonesia.
Mewujudkan sikap nasionalisme dalam masa kini memang bukan suatu hal yang
mudah. Akan tetapi, jika dunia pendidikan turut andil dalam menanamkan sikap
nasionalisme, maka segala hal yang berkaitan dengan kekerasan maupun perpecahan
dapat diselesaikan dengan jalan pikiran yang benar. Sikap nasionalisme akan
tertanam dalam diri warga negara Indonesia jika rakyat Indonesia mempunyai
kesadaran akan pentingnya penanaman sikap nasionalisme. Oleh karena itu, ada
beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan sikap nasionalisme tersebut,
yaitu melalui lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah.
2.1.1 Metode Story Telling “Bercerita”
Metode bercerita merupakan salah
satu metode yang paling banyak digunakan. Tentunya cerita yang ditujukan untuk
menanamkan nilai moral nasionalisme kepada siswa adalah cerita yang isinya
memuat pesan-pesan nilai moral, khususnya nilai nasionalisme. Hal ini senada
dengan yang dikemukakan Otib Satibi Hidayat (2005 :4.12) bahwa cerita atau
dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial,
nilai budaya, dan sebagainya. Terkait dengan nilai moral nasionalisme guru
dalam bercerita memilih cerita yang di dalamnya mengandung pesan nilai moral
nasionalisme. Cerita ini berisikan misalnya cerita tentang pahlawan wanita R.A.
Kartini, cerita tentang K.H. Ahmad Dahlan, cerita tentang Pattimura dan
sebagainya.
Untuk memudahkan pesan dalam
cerita diterima oleh anak, guru dalam bercerita menggunakan alat peraga sebagai
alat bantu agar anak lebih mudah menerima isi cerita dan juga lebih menarik
bagi anak-anak. Alaat peraga ini bisa berupa gambar, boneka tangan, papan
flanel dan sebagainya. Tidak jarang dalam bercerita guru juga menggunakan
peraga peristiwa langsung yang dialami siswa. Misalnya pengalaman siswa pergi
ke tempat-tempat bersejarah.Fungsi alat peraga dalam bercerita adalah untuk
mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat
peraga juga berfungsi untuk memusatkan perhatian anak agar lebih mudah untuk
difokuskan.
Selain dalam bercerita didukung
dengan penggunaan alat peraga, dalam membawakan cerita guru juga harus mampu
membawakannya secara menarik, sehingga siswa akan senang menikmati dan
memperhatikan isi ceritanya. Untuk membawakan cerita secara menarik guru bisa
memanfaatkan kemampuan olah vokal yang dimiliknya untuk membuat cerita itu
lebih hidup, sehingga lebih menarik perhatian siswa. Dengan memperhatikan
secara seksama, siswa akan memiliki kesan yang mendalam dengan cerita yang
dibawakan oleh gurunya. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menangkap pesan
moral yang ada dalam cerita tersebut. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap
proses internalisasi nilai moral ke dalam diri siswa.
Cerita yang dibawakan guru untuk
mengembangkan nilai nasionalisme pada peserta didik ini seyogyanya tidak
terlalu panjang. Pilih cerita yang mengandung nilai baik dan buruk yang jelas.
Di samping itu cerita yang digunakan untuk menanamkan nilai moral nasionalisme
berada dalam batas jangkauan anak. Maksudnya bahwa tokoh yang dimuat dalam
cerita masih dekat dengan anak. Di dalam cerita tidak boleh ada unsur
menakut-nakuti anak. Cerita yang dibawakan guru mampu membuat anak menjadi
gembira. Dengan suasana yang seperti ini diharapkan pesan moral yang akan
disampaikan guru akan lebih mudah diterima oleh anak. Melalui karakter yang ada
pada dongeng atau cerita, siswa dapat belajar nilai-nilai kejujuran, rendah
hati, rasa empati, juga sikap tolong-menolong. Saat mendongeng, pesan-pesan
moral dan pelajaran etika yang hendak kita beri, dinilai tidak akan terlalu
membebani perasaan anak. Untuk itu, sebagai seorang guru harus pandai memilih
isi dari dongeng yang hendak kita berikan pada anak.
Pembelajaran
sikap seseorang dapat dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan
sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Modeling adalah proses
peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang
dihormatinya. Misalnya, ada seorang siswa yang sangat mengagumi gurunya. Siswa
tersebut akan cenderung meniru semua perilaku guru tersebut. Sebagai contoh,
jika gurunya selalu berpakaian rapi saat di sekolah, maka siswa tersebut juga
akan mengikuti hal yang sama seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga
harus menjelaskan alasannya karena agar sikap yang muncul nantinya didasari
oleh kebenaran akan suatu sistem nilai. Pada dasarnya, salah satu karakteristik
anak yang sedang berkembang adalah keinginan untuk mencontoh atau melakukan
peniruan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang
dihormatinya. Jadi, guru dapat mencontohkan siswa untuk berperilaku sebagai
sebagai seorang nasionalis agar dapat menanamkan nilai nasionalisme pada
siswanya.
Selanjutnya, untuk menanamkan sikap
nasionalisme pada siswa dapat dilakukan melalui cerita, dongeng dan bermain
peran. Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menanamkan sikap
nasionalisme kepada siswa antara lain berupa media visual seperti gambar, foto,
bendera pusaka, miniatur lambang negara, dan baju kebesaran daerah, media audio
seperti pemutaran lagu kebangsaan dan lagu daerah, serta media audio visual
seperti film dan video. Dengan
bercerita anak dapat mendapatkan pesan moral yang didalamnya terdapat penanaman
sikap nasionalisme contohnya dalam cerita rakyat atau pahlawan, dimana tokoh
dari cerita tersebut digambarkan dengan menggunakan pakaian adat atau pakaian
daerah. Dari situlah siswa dapat meniru cara berpakaian para tokoh cerita bahwa
sebenarnya Indonesia memiliki pakaian khas daerah yang menarik. Contohnya
batik, sehingga siswa dengan sendirinya akan mencintai produk dalam negeri.
2.1.2 Cara menggunakan metode story telling yang
di lakukan oleh guru :
1. Guru menggunakan cerita
perjuangan dalam menanamkan sikap nasionalisme kepada siswa. Guru bercerita
mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan Belanda. Guru menyisipkan
cerita mengenai tujuan Belanda menjajah Indonesia, yaitu untuk menguasai hasil
kekayaan atau hasil bumi Indonesia. Oleh karena itu, di akhir cerita guru
berpesan kepada siswa sebagai generasi penerus untuk senantiasa memanfaatkan,
mempertahankan, dan melestarikan SDA yang ada di Indonesia dengan baik.
2. Penggunaan cerita keteladanan
dengan cukup guru bercerita mengenai tokoh BJ Habibie sebagai teladan untuk
siswa karena BJ Habibie telah berjuang untuk kesejahteraan negaranya. Selain
itu, guru juga bercerita mengenai keteladanan lain yang dilakukan oleh seorang
guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil, polisi dan tentara yang mau
ditempatkan di daerah konflik atau yang sedang terjadi perselisihan, pejabat
yang mau bekerja keras demi kemajuan daerahnya, serta atlit yang berjuang demi
kemenangan untuk bangsa Indonesia.
3.
Guru
menggunakan cerita keteladanan berupa pemberian contoh akibat dari sampah
plastik yang dibuang secara sembarangan. Guru menceritakan akibat dari sampah
yang di buang di tanah nantinya akan memerlukan waktu yang sangat lama agar
dapat terurai. Oleh karena itu, pada akhir cerita guru meminta siswanya untuk senantiasa
membuang sampah di tempat sampah.
4.
Guru berupaya menanamkan sikap nasionalisme pada siswa
melalui penggunaan cerita motivasi dengan baik, guru mengakhiri pembelajaran
IPS dengan memberikan dorongan kepada siswa agar melanjutkan perjuangan para
pahlawan dengan cara rajin bersekolah. Karena pada dasarnya, tugas dan
kewajiban pelajar salah satunya adalah belajar dengan sungguh-sungguh.
5.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa melalui cerita
motivasi mengenai kekayaan alam Indonesia yang sudah diketahui oleh bangsa lain
sejak dahulu sehingga siswa harus memanfaatkannya dengan baik. Guru mengatakan
bahwa negara Indonesia adalah negara yang diberikan rahmat oleh Tuhan untuk
mempunyai SDA yang begitu banyak dan melimpah. Kekayaan alam yang demikian
banyaknya, diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu,
sebagai warga negara yang baik kita harus senantiasa memanfaatkan SDA dengan
baik pula.
6.
Guru bercerita mengenai sumber daya alam berupa air sebagai
motivasi siswa untuk senantiasa menghemat penggunaan air. Guru mengatakan bahwa
tanah air Indonesia telah diberi kekayaan air yang begitu melimpah oleh yang
Kuasa. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mencintai seluruh kekayaan di
bumi pertiwi salah satunya dengan cara menghemat penggunaan air.
7. Guru menggunakan cerita motivasi untuk
menjelaskan betapa banyaknya suku bangsa di Indonesia. Guru menyebutkan bahwa
hal tersebut dapat dijadikan alasan kita sebagai bangsa Indonesia untuk wajib
mencintai keragaman suku bangsa Indonesia, atau dengan kata lain kita harus
mengetahui arti dari Bhineka Tunggal Ika.
Dongeng dapat dijadikan sarana yang
cukup baik untuk menanamkan karakter yang baik dalam diri anak karena
mereka akan dengan sangat senang menerimanya (Bimo, 2011). Selain itu dalam
majalah Ayahbunda Online (2012) disebutkan bahwa salah satu manfaat lain
darimendongeng kepada anak adalah merangsang kreativitas dan menanamkan
karakter dan moralyang baik. Di dalam penerapannya, dongeng-dongeng
rakyat Indonesia dapat diberikan pada saat tahap sosialisasi.
Dongeng rakyat yang baik tentu saja dapat
diceritakan terlebih dahulu olehguru. Anak-anak juga dapat memainkan peran
tentang tokoh-tokoh yang ada dalam dongeng dongeng tesebut. Selain itu dongeng
juga dapat dibawakan dalam bentuk Video atauDVDsehingga dapat ditonton
bersama-sama oleh anak-anak. Untuk anak SD kelas atas (kelas 4, 5,dan 6) mereka
mungkin bisa secara bergantian bercerita dengan bernyanyi sehingga sosialisasi karakter
yang baik akan menjadi menarik dan tidak membosankan.
Kelebihan Metode Bercerita Metode
bercerita memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran. Menurut Kartikanita
Widyasari (2010: 9) kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Metode ini dapat membuat bahan pelajaran yang diajarkan menjadi lebih bermakna.
b.
Dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
c.
Dapat merangsang kecerdasan berbahasa yaitu melalui menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
d.
Memupuk kerjasama dalam suasana gotong rotong.
e.
Dengan metode ini, materi cerita akan tertanam secara maksimal pada pikiran
anak sehingga dapat memunculkan perubahan perilaku.
f.
Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan mengolah informasi.
g. Mengembangkan
potensi spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan fisik.
Kekurangan
metode cerita :
a. Harus punya banyak referensi bahan buku bacaan
b. Guru harus bisa bercerita baik secara lisan, membaca maupun imprufisasi
c. Guru harus bisa membawa situasi kepada anak agar anak dapat hanyut dalam cerita
a. Harus punya banyak referensi bahan buku bacaan
b. Guru harus bisa bercerita baik secara lisan, membaca maupun imprufisasi
c. Guru harus bisa membawa situasi kepada anak agar anak dapat hanyut dalam cerita
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Dengan menggunakan
metode story telling siswa dapat mendapatkan sikap nasionalisme dari pesan mora
yang terdapat di sebuah cerita tersebut. Karena siswa lebih tertarik melalui
metode cerita dari pada siswa harus membaca sebuah cerita atau dongeng. Tetapi
kadang guru memberikan tugas untuk membaca cerita tersebut. Pada
dongeng atau cerita, siswa dapat belajar nilai-nilai kejujuran, rendah hati,
rasa empati, juga sikap tolong-menolong.
2.
Kendala dalam metode story telling adalah jika cerita
yang di pakai menggunakan bahasa daerah yang sulit di cerna oleh anak, seperti
penggunaan bahasa melayu. Kendala yang lain adalah kurangnya sarana dan
prasarana untuk bercerita, misalnya buku-buku cerita kepahlawanan, boneka/media
cerita tentang kepahlawanan. Guru berusaha mencari sumber-sumber belajar ini di
luar sekolah. Dalam bercerita guru menghadapi kendala lain yaitu kurangnya kemampuan
guru dalam mengolah suara dan teknik bercerita. Hal ini menyebabkan daya tarik
anak terhadap cerita yang dibawakan menjadi berkurang. Akan tetapi hal ini
diatasi guru dengan cara menambah ilmu yang mendukung kemampuan bercerita
melalui proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati,
Nur. 2013. Penanaman Karakter Nasionalisme.
[serial online]http://nurernawatii.blogspot.co.id/2013/12/penanaman-karakter-nasionalisme.html.
[19 November 2015].
Enggarwati, Gita. 2014. Penanaman Sikap Nasionalisme
Melalui Mata Pelajaran Ips Pada Siswa SD. Skirpsi. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Primulawati,
Sylvia. 2013. Peranan Dongeng Dalam Pembentukan Karakter Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan.
Universitas
Pelita Harapan Tangerang.
Wuryandani, Wuri.
2013. Membangun Karakter Bangsa Melalui
Penanaman Nilai Nasionalisme. Jurnal Pendidikan. Pendidikan Pra Sekolah dan
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar